Pecahan uang rupiah di penukaran valuta asing di PT Ayu Mas Agung, Jakarta, Selasa (11/5). Tempo/Panca Syurkani
TEMPO.CO, Jakarta - Menguatnya bursa saham dan mata uang regional mampu dimanfaatkan oleh rupiah untuk berbalik arah menguat setelah akhir pekan lalu sempat mengalami tekanan hingga ke level 9.500 per dolar AS. Akhir pekan lalu rupiah ditutup pada level terlemahnya sejak 29 Desember 2009.
Pulihnya mata uang euro ke dari level terendahnya pekan lalu di US$ US$ 1,2496 menjadi US$ 1,2583 memberikan kepercayaan investor untuk kembali memegang rupiah.
Adanya campur tangan dari bank sentral mampu memicu apresiasi rupiah terhadap dolar AS sehingga dalam transaksi hari ini nilai tukar rupiah berhasil menguat 122 poin (1,29 persen) ke level 9.332 per dolar AS.
Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, mengatakan meredanya tekanan rupiah, baik dari faktor eksternal maupun domestik mampu mendorong apresiasi rupiah. Menguatnya euro terhadap dolar AS member sentimen positif bagi mata uang regional, termasuk rupiah.
Adanya berita positif bahwa salah satu partai politik di Yunani pendukung kebijakan pengetatan anggaran berhasil memimpin perolehan angka teratas dalam jajak pendapat sementara mampu meredakan kepanikan pasar sehingga mata uang tunggal, euro, berhasil menguat terhadap dolar AS. Liburnya transaksi perbankan di pasar Amerika dan beberapa negara di Eropa sore ini mampu meredakan kepanikan pasar minggu lalu.
Meredanya superioritas dolar AS dan menguatnya bursa saham Asia mampu meningkatkan kembali rasa percaya diri para investor untuk memegang mata uang lokal. Disamping rupiah juga telah melemah cukup dalam pekan lalu.
Indeks dolar AS terhadap mata uang utama dunia sore ini pukul 17.54 WIB, turun 0,428 poin (0,52 persen) ke level 82,095. Jumat lalu, indeks dolar AS sempat menyentuh level tertingginya dalam setahun terakhir ke posisi 82,61.