Cina Lebarkan Volatilitas Transaksi Yuan  

Reporter

Editor

Minggu, 15 April 2012 16:13 WIB

AP

TEMPO.CO, Beijing - Bank Sentral Cina mulai hari Senin akan melebarkan band perdagangan harian yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi 1 persen di kedua arah dari sebelumnya hanya 0,5 persen guna mendukung perekonomian serta menangkal pelambatan yang terlalu keras.

“Langkah ini ditempuh untuk memenuhi permintaan pasar, mempromosikan transparansi, juga meningkatkan fleksibilitas nilai tukar renminbi,” kata bank sentral Cina (BPoC), Sabtu kemarin.

Pengumuman ini muncul setelah Jumat lalu Produk Domestik Bruto (PDB) Cina melambat menjadi 8,1 persen dari triwulan sebelumnya 8,9 persen. Pertumbuhan Negeri Tirai Bambu kali ini merupakan yang paling rendah dalam 11 triwulan terakhir karena lemahnya ekspor dan lesunya aktivitas konstruksi yang merupakan dua sektor pendorong perekonomian.

“Melihat kondisi domestik, ekonomi, dan kondisi finansial global, bank sentral akan terus melaksanakan mandatnya untuk menjaga nilai tukar renminbi agar tetap stabil pada tingkat yang adaptif serta menjaga keseimbangan berdasarkan penawaran dan permintaan yang mengacu pada pergerakan mata uang utama dunia untuk menjaga stabilitas ekonomi dan pasar keuangan,” BPOC menuturkan.

Secara terpisah Direktur International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde menyambut baik langkah yang ditempuh bank sentral Cina. “Ini menggarisbawahi bahwa Cina berkomitmen menyeimbangkan ekonomi terhadap konsumsi domestik dan memungkinkan kekuatan pasar memainkan peran yang lebih besar dalam menentukan tingkat nilai tukar,” kata Lagarde dalam sebuah pernyataanya.

“Skala pelebaran jarak nilai tukar mata uang Cina lebih besar dari perkiraan sebelumnya sebesar 0,7 persen,” kata Ting Lu, ekonom Cina di Bank of America Merrill Lynch, dalam tulisan melalui surat elektroniknya.

Sesuai dengan peraturan, mata uang Cina tidak bisa melemah ataupun menguat terlalu lebar terhadap dolar AS. Namun BPoC mencoba membuka peluang secara bertahap meningkatkan volatilitas mata uangnya. “Namun pemerintah Cina tetap menghindari apresiasi ataupun depresiasi yang signifikan tahun ini karena kondisi global yang masih tidak menentu dan kebutuhan stabilitas selama pergantian kepemimpinan,” tutur dia.

“Keputusan Cina untuk memperlebar kisaran transaksi mata uangnya akan mendorong negara negara-negara Asia lainnya menyesuaikan kebijakan nilai tukar mata uangnya sehingga akan berdampak terhadap pergerakan dolar AS terhadap euro,“ ujar ahli strategi dari Societe Generale, Kit Juckes.

Ini merupakan langkah menuju liberalisasi. Cadangan devisa juga terus susut untuk menopang pelambatan ekonomi dan menguatnya mata uang. Negara sekelas Cina yang sangat bergantung pada ekspor sebagai pendukung perekonominan akan berusaha mata uangnya tetap lebih melemah supaya produk barangnya bisa lebih murah dari para pesaingnya.

MARKETWATCH | VIVA B. KUSNANDAR

Berita terkait

Gubernur BI: Kami Upayakan Nilai Tukar Rupiah Turun di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

12 jam lalu

Gubernur BI: Kami Upayakan Nilai Tukar Rupiah Turun di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

BI optimistis rupiah akan terus menguat sesuai fundamental.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

4 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

5 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

5 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T

8 hari lalu

Terkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T

Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada levep Rp 16.259 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

9 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

12 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

13 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

15 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

Ekonom menyebut putusan MK terkait sidang sengketa Pilpres tak banyak mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

15 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya