Struktur Industri Indonesia Lemah

Reporter

Editor

Rabu, 2 November 2011 17:54 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah menilai hingga saat ini struktur industri Indonesia masih lemah. "Struktur industri dari hulu ke hilir masih lemah, belum lengkap dan banyak yang bolong," ujar Direktur Industri, Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Badan Usaha, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Mesdin Simarmata, Rabu 2 November 2011.

Belum lengkapnya struktur industri tersebut terlihat di industri baja dalam negeri. "Satu sisi kita memiliki industri bauksit dan ekspor di hulu namun ternyata di hilir kita masih impor alumina, karena kita belum bisa mengolah bauksit menjadi alumina," katanya.

Begitu juga dengan biji besi yang ekspor terus meningkat dari tahun ke tahun, namun industri baja dalam negeri justru masih impor pellet sebagai bahan baku industri baja karena saat ini masih belum ada industri pengolah biji besi menjadi pellet.

Akibat kondisi tersebut, menurut Mesdin, meskipun industri manufaktur Indonesia tumbuh baik namun tingkat ketergantungan impor bahan baku juga tetap masih tinggi. "Pertumbuhan industri di atas 6 persen itu adalah kabar baik, namun kabar buruknya sebagian besar bahan baku kita masih tergantung pada impor," ujarnya.

Untuk itu langkah percepatan pembenahan struktur industri mendesak untuk diperbaiki. "Mungkin juga perlu ada kajian mendalam, apakah pemerintah perlu melakukan investasi langsung untuk menambal struktur yang bolong-bolong itu.”

Hal senada juga diungkapkan oleh Sekretaris Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Setio Hartono. Menurut dia, saat ini industri tambang belum terintegrasi dengan industri pengolahan logam hulu, antara dan hilir. Begitu juga dengan industri migas dengan industri kimia hulu, industri kimia antara, dan industri kimia hilir.

Bahkan industri juga sering kali dihadapkan pada dilema pasokan bahan baku karena untuk memperoleh bahan baku tertentu industri dalam negeri harus mengimpor. Padahal bahan baku tersebut bisa diproduksi di dalam negeri namun diperuntukkan untuk ekspor.

Seperti persoalan pasokan naptha dan kondesat yang merupakan bahan baku industri kimia hulu yang saat ini sepenuhnya tergantung pada impor. "Namun di sisi lain justru industri migas nasional mengekspor naptha dan kondesat, ini dilema," katanya.

Kepala Badan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah untuk memancing masuknya investasi pada sejumlah sektor strategis dan pioneer yang diharapkan bisa memperbaiki struktur industri. Gula-gula yang diberikan pemerintah tersebut berupa sejumlah kebijakan insentif fiskal baik yang berupa insentif fiskal pajak penghasilan, insentif fiskal pajak pertambahan nilai, dan insentif fiskal untuk Kepabeanan.

Meskipun begitu, insentif fiskal yang diberikan pemerintah bukan faktor utama yang bisa memancing investor untuk masuk. Faktor utama yang menjadi penentu adalah ketersediaan infrastruktur yang memadai, ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan persoalan lahan.

"Bagi kondisi Indonesia saat ini, justru insentif akan dilihat sebagai faktor kesekian, ada persoalan lain yang lebih menjadi perhatian investor yaitu infrastruktur, tenaga kerja dan pertanahan. Itu yang harus secepatnya kita selesaikan," kata Bambang.

AGUNG SEDAYU

Berita terkait

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

27 September 2021

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

Pertumbuhan ekonomi di Jakarta ini disebut lebih tinggi dibandingkan nasional.

Baca Selengkapnya

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

23 Mei 2019

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

Demo 22 Mei yang berujung rusuh kemarin diyakini tak menimbulkan dampak yang berarti pada industri nasional.

Baca Selengkapnya

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

23 Juli 2018

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

Kalangan pengusaha industri minuman yakin bakal mencatatkan kinerja positif pada akhir tahun.

Baca Selengkapnya

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

29 Desember 2017

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

Kunci utama dalam mendorong industri agar bisa menghadapi era ekonomi digital termasuk industri 4.0 adalah pendidikan.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

Kemampuannya menyerap banyak tenaga kerja membuat sektor industri dipercaya masih akan jadi salah satu tumpuan pertumbuhan ekonomi di tahun 2018.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

Meski banyak yang pesimistis, tapi tak jarang pihak yang yakin ekonomi bakal tumbuh di 2018 dengan ditopang sejumlah sektor industri sebagai motornya.

Baca Selengkapnya

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

14 Desember 2017

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

Tren perekonomian Indonesia pada kuartal ketiga 2017 dinilai positif oleh Bank Dunia.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

11 Desember 2017

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

Kementerian Perindustrian akan mendorong sektor-sektor andalan agar target pertumbuhan industri 2018 bisa tercapai.

Baca Selengkapnya

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

11 Desember 2017

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan kontribusi pertumbuhan industri 2017 mendekati 20 persen terhadap produk domestik bruto.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

7 November 2017

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

Industri pengolahan menyumbang paling banyak dalam PDB triwulan III 2017, karena pelaku optimistis.

Baca Selengkapnya