BI Minta Perbankan Integrasi E-Money

Reporter

Editor

Kamis, 20 Oktober 2011 07:11 WIB

TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO Interaktif, Jakarta -- Bank Indonesia mendesak perbankan nasional yang mengeluarkan produk uang elektronik atau e-money melakukan integrasi antarbank. Hal itu perlu dilakukan agar nilai transaksi e-money semakin meningkat.

"E-money akan mengurangi biaya pencetakan uang kecil," kata Direktur Akuntansi dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Ronald Waas dalam seminar tentang prospek e-money di Jakarta.

Saat ini rata-rata transaksi harian uang elektronik baru mencapai Rp 2,5 miliar dengan volume transaksi 102 ribu. Tercatat lima bank umum, satu bank pembangunan daerah, dan empat perusahaan telekomunikasi menerbitkan e-money.

Ronald menegaskan, Bank Indonesia terus mendorong penggunaan e-money secara luas. Salah satunya dengan mendekati Kementerian Perhubungan serta Kementerian Komunikasi dan Informatika agar produk ini bisa dibuat secara massal. "Produk ini sangat potensi berkembang untuk pembayaran ongkos transportasi umum," kata dia.

Bank Indonesia, kata dia, akan menyusun standar e-money, baik uang elektronik berbasis cip maupun berbasis server. Menurut Ronald, selama ini produk perbankan dan produk telekomunikasi sulit disatukan.

Ronald mengatakan, pada 2012, bank sentral akan menyusul model dan standar e-money. Ini agar ada kesamaan dan kemudahan bagi konsumen untuk mengisi ulang dan melakukan transaksi keuangan dengan menggunakan kartu. Termasuk menyiapkan infrastrukturnya.

Anggota Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, Sadar Subagio, mengatakan e-money atau smart card bisa digunakan untuk menyalurkan subsidi lebih tepat sasaran. Misalnya, subsidi bahan bakar minyak bagi angkutan umum.

Namun, kata dia, perangkat aturan untuk itu harus kuat. Tidak cukup hanya dengan aturan Bank Indonesia. "Produk ini akan terus berkembang, perlu ada aturan yang lebih tinggi. Paling tidak 2015 aturannya harus sudah ada," kata politikus Partai Gerinda tersebut.

Bagi bank sentral, produk uang elektronik ini juga akan menghemat biaya hingga Rp 6 triliun untuk pencetakan uang pecahan.

ALWAN RIDHA RAMDANI

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

18 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

19 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

4 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

4 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

5 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

5 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

5 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya