Kementerian mencatat pertumbuhan industri pupuk pada kuartal pertama sebesar 0,07 persen atau turun dibanding periode yang sama tahun lalu yang 4,45 persen. Gangguan penanaman padi dan tanaman pangan ikut mendorong merosotnya kinerja industri pupuk dalam negeri.
Pelemahan pertumbuhan industri pupuk merupakan kelanjutan dari tren gangguan aktivitas di sektor pertanian dalam enam bulan terakhir selama 2010. Serangan hama wereng terhadap tanaman padi diduga menjadi faktor utama yang membuat kinerja petani turun, sehingga serapan pupuk urea juga rendah.
Tony memperkirakan kinerja industri tersebut akan kembali bergairah. Hal ini menyusul aktivitas penanaman padi dan tanaman pangan oleh petani, yang meningkat seiring dengan membaiknya kondisi cuaca. Apalagi Kementerian Pertanian menargetkan peningkatan produksi beras tahun ini sebanyak 10 persen dari total 38 juta ton.
Faktor lain yang menghambat pertumbuhan industri pupuk adalah pasokan gas dan usia mesin produksi yang tua. Akibatnya, kapasitas terpakai produksi jauh dari kapasitas terpasang 8 juta ton per tahun. "Kalaupun ada, jangka waktu pasokan gas tak lama, sehingga kepastian bahan baku tidak terjamin," tutur Tony.
Suprapti, Direktur Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian, menjelaskan bahwa serapan pupuk yang rendah terjadi untuk jenis pupuk organik. Penyebabnya, harga pupuk organik tak terjangkau petani. "Pupuk organik pun hasilnya tak langsung dirasakan dibanding pupuk kimia, seperti urea atau ZA,” katanya.
Namun, Suprapti mengatakan, serapan pupuk tergolong tinggi di tingkat petani. Penyerapan pupuk urea sudah 89 persen dari rencana yang ditetapkan pada kuartal pertama tahun ini, sekitar 350 ribu ton. Sedangkan serapan pupuk ZA sudah 98 persen dari rencana sekitar 300 ribu ton.
Menurut Gatot Iriyanto, Direktur Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian, rendahnya serapan pupuk organik menyebabkan alokasi subsidi pupuk anorganik menjadi boros. Alokasi subsidi pupuk organik tahun ini hanya 985 ribu ton, atau 10 persen dari subsidi pupuk anorganik 9,5 juta ton.
Semestinya, jika penyerapan alokasi pupuk anorganik dapat berkurang signifikan, anggaran yang tersisa dapat dipakai memenuhi kebutuhan percepatan peningkatan sektor pertanian lain, seperti pengadaan sapi. Alokasi untuk subsidi pupuk mencapai Rp 16,3 triliun pada 2011.
Tahun ini target produksi pupuk mencapai 7,1-7,8 juta ton dengan sisa kapasitas terpasang 200-900 ribu ton. Target tersebut naik dibanding realisasi pada 2010 sebesar 6,8 juta ton, atau terjadi defisit kapasitas terpakai 1,2 juta ton. Dari total produksi, sekitar 80 persen di antaranya untuk pupuk bersubsidi.
ROSALINA | PRIBADI WICAKSONO