Target akuisisi itu hanya di kota-kota besar seperti, di Jakarta, pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Khusus di Sulawesi, ada di Kota Makassar. "Hanya akan fokus pada kota yang sudah ada tower kita," ujarnya.
Nilai akuisisi satu tower diperkirakan antara Rp 700 juta hingga Rp 1,6 miliar. Saat ini STP sudah mendapatkan kredit sebesar US$ 120 juta atau Rp 1,8 triliun, ditandangani Januari tahun ini.
Kredit ini dari bank asing dan lokal yaitu Standard Chartered Bank, The Royal Bank of Scotland, PT Bank CIMB Niaga, dan PT Bank Mandiri. Pinjaman ini berjangka lima tahun.
Nobel mengatakan pinjaman itu digunakan untuk pembiayaan seluruh hutang, modal kerja, belanja modal, dan pembiayaan akuisisi menara baru. "Sebanyak 50 persen untuk ekspansi."
Saat ini STP memiliki 1.200 tower, terbanyak berada di Jakarta. Sebanyak 700 tower dari total 4 ribu lebih tower di Jakarta. Sisanya berada di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi. "Kami juga memiliki tiga BTS hotel atau Distributed Antena System," kata Nobel.
Penyewa tower milik STP terbanyak operator Bitel sebanyak 60 persen. Selebihnya Axis sebanyak 30 persen, dan operator lainnya 10 persen, diantaranya Indosat, Telkonsel, dan Excel.
Sewa tower milik STP antara Rp 9 - Rp 25 juta per bulan untuk setiap operator. "Masa kontrak antara 10 - 17 tahun," ucap Nobel.
STP merupakan perusahan menara telekomunikasi yang berdiri sejak 2006. Mulanya membangun 33 tower di Kalimantan. Lalu pada 2009 semakin berkembang setelah memenangkan tender dari PT Bakrie Telecom. "Target pertumbuhan occupansi kami 1,7 - 1,8," kata Nobel.
RUSMAN PARAQBUEQ