Nilai Ekspor Bisa Cetak Rekor Baru

Reporter

Editor

Senin, 1 November 2010 23:26 WIB

Terminal peti kemas JICT Tanjung priok, Jakarta. TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan memprediksi total ekspor Indonesia akhir tahun ini melebihi US$ 150 miliar atau melampaui rekor tertinggi pada 2008 sebesar US$ 137 miliar. Perhitungan ini didapat dari nilai ekspor selama sembilan bulan pertama tahun ini, yakni US$ 110,81 miliar, ditambah rata-rata ekspor bulanan US$ 12-13 miliar.

Nilai ekspor selama Januari-September ini, kata Rusman, naik 38,27 persen dibanding pada periode serupa tahun lalu. "Mudah-mudahan bisa mencapai rekor baru," ujar Rusman di Jakarta, Senin (01/11)n.

Selama September, BPS mencatat, nilai ekspor US$ 12,08 miliar, naik 22,60 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, nilai ekspor ini turun 12,02 persen. Penurunan ini dinilai wajar karena faktor musiman, di mana pada masa Lebaran aktivitas bongkar-muat barang di pelabuhan menurun.

Dihubungi terpisah, Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar menyatakan nilai ekspor pada Januari-September tahun ini, yang berselisih US$ 6 miliar dengan keseluruhan ekspor tahun lalu, merupakan sinyal positif. Tahun lalu total ekspor Indonesia mencapai US$ 116,5 miliar.

Sedangkan nilai impor sepanjang September mencapai US$ 9,53 miliar, naik 11,92 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu. Walhasil, impor barang modal selama Januari-September tahun ini mencapai US$ 19,3 miliar.
Sementara itu, nilai impor bahan baku atau penolong juga cukup besar, hingga mencapai US$ 70,81 miliar. Nilai impor bahan baku lebih tinggi daripada periode yang sama tahun lalu, yang hanya US$ 48,74 miliar.

"Peningkatan impor barang modal dan bahan baku penolong merupakan respons terhadap peningkatan investasi," kata Mahendra. Hal ini senada dengan laporan Badan Koordinasi Penanaman Modal bahwa realisasi investasi pada pada Januari-September tahun ini tumbuh 33,4 persen.

Peningkatan impor itu, ujar Mahendra, mencerminkan pertumbuhan industri. "Pertumbuhan impor juga merupakan indikasi awal meningkatnya ekspor berkelanjutan."

Bila diperinci, nilai kumulatif ekspor nonmigas hingga September mencapai US$ 91,83 miliar, naik 34,5 persen dibanding periode yang serupa tahun lalu. Nilai ekspor pada Januari-September tahun ini hanya sedikit lebih kecil daripada ekspor nonmigas tahun lalu, Rp 97,5 miliar.

Rusman juga menyatakan neraca ekspor nonmigas Indonesia dengan Cina sepanjang tahun ini masih mengalami defisit US$ 2,849 miliar meskipun nilai ekspor Indonesia ke Cina naik signifikan, sedangkan laju impor Indonesia dari Cina lebih pelan daripada sebelumnya. "Defisitnya akan semakin kecil," katanya. Indonesia juga masih mengalami defisit perdagangan dengan Singapura dan Thailand.

ANTON WILLIAM | EKA UTAMI APRILIA

Berita terkait

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

6 jam lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

4 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

4 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

13 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

14 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

14 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

14 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

14 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

14 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya