Meski Lambat, Perbaikan Ekonomi di Jalur Yang Benar

Reporter

Editor

Selasa, 22 Juli 2003 14:24 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Staf Ahli Menteri Keuangan dan Kepala Badan Analisa Fiskal Anggito Abimanyu juga mengakui bahwa perkembangan ekonomi yang terjadi meleset dari perkiraan. Contohnya dalam program pemulihan perbankan. Diakuinya masih banyak ketergantungan dari bank-bank terhadap pemasukan dari bunga obligasi rekap yang dikeluarkan pemerintah. Dulu ada proyeksi bahwa perekonomian sudah baik dalam tiga tahun. Sehingga obligasi itu bisa ditukar dengan pinjaman yang lancar, jelasnya pada wartawan di Universitas Indonesia, Depok, Kamis (6/1). Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, pengamat ekonomi Universitas Indonesia Muhammad Chatib Basri mengatakan bahwa dari indikator yang ada, upaya perbaikan ekonomi kita saat ini sudah berada di jalur yang benar. Ia menyebutkan bahwa dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif dasar listrik, dan telepon tidak separah yang ditakutkan banyak pihak. Inflasi kita Januari ini hanya 0,8 persen. Jauh lebih rendah dari Januari tahun lalu yang mencapai 1,9 persen, ujarnya. Menurut Anggito, kelambatan pemulihan perbankan itu menunjukkan bahwa kesehatan bank itu sangat tergantung pada kondisi makro ekonomi. Kalau situasi makronya bagus, suku bunga akan turun. Dan dengan demikian pemerintah bisa mengganti obligasi itu dengan pinjaman. Ini yang terhambat, katanya. Meskipun demikian saat ini pemerintah masih terus menarik kembali obligasi itu dengan membelinya secara agresif. Tetapi, katanya, semua itu dilakukan dengan cara yang benar. Sebab kalau ditarik serentak begitu saja, bank-bank itu akan ambruk. Caranya dengan mekanisme asset to bond swap atau dibeli di pasar dan dijadwalkan. Ia menyodorkan data, pengurangan beban bunga obligasi pemerintah tahun lalu mencapai 41,43 triliun rupiah. Jauh lebih tingi dari yang berhasil ditarik periode 2000-2002 yang hanya mencapai 15,75 triliun rupiah. Namun pemerintah tidak bisa mencegah adanya pemindahan kepemilikan atas bond pemerintah itu dari bank-bank rekap ke pemilikan privat. Sebab begitu obligasi dilepas, maka pasar yang akan bekerja. Tetapi dengan cara pembelian melalui pasar pula pemerintah bisa menariknya kembali. Kalau pemerintah punya duit, obligasi bisa dikurangi, jelasnya. Tetapi, ia mengingatkan, penarikan itu harus dilakuakn dengan cara-cara yang baik. Sebab, sekali pemerintah melakukan penarikan dengan cara sebaliknya, maka akan terjadi ketidakpercayaan investor dan publik. Sekali pemerintah main injak bank-bank itu, para deposan akan tidak percaya lagi. Karena pemerintah main seenak-enaknya saja. Sedangkan yang dijamin itu adalah uang milik publik, bukan pemilik bank-nya, kata Anggito dengan nada tinggi. Anggito menolak angapan bahwa stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah dikatakan tidak berjalan. Datanya dari mana? Kan baru saja dilaksanakan, katanya Ia minta supaya sama-sama dilakukan pengecekan di pasar-pasar seperti Glodok. Otomatis harganya turun. Karena 10 persen tidak lagi disetor ke pemerintah, ujarnya. Ia juga minta agar jangan hanya melihat satu jenis produk seperti elektronik saja untuk menjadikannya ukuran sukses program itu. Lihat juga teh kotak, teh kemasan, dong, ungkapnya. Tetapi ia mengakui bahwa harga-harga itu tidak bisa langsung turun. Barang-barang kebutuhan yang dibeli lebih dulu oleh penjual sebelum stimulus itu dijalankan, atau stok lama, pasti belum bisa ikut diturunkan harganya. Menurutnya, efek program itu memang tidak bisa langsung dirasakan oleh publik. Senada dengan itu, Chatib menilai demo mahasiswa dan berbagai kalangan untuk menentang pemerintahan akhir-akhir ini sama sekali tidak relevan dilihat dari faktor ekonomi. Demonya telat, katanya membandingkan isu sama tentang kenaikan harga kebutuhan yang sama, dengan ngka jauh lebih besar, tahun lalu. Ia lalu menyimpulkan bahwa isu ekonomi yang digunakan itu hanya merupakan pintu masuk bagi persoalan politik yang sesunguhnya menjadi alasan utama protes-protes itu. Ia justru khawatir berbagai protes dan pemberitaan mengenai kenaikan harga dan dampaknya itu menyesatkan. Karena hanya akan mengalihkan perhatian dari persoalan yang lebih besar dalam perekonomian. Sebab masalah utama adalah korupsi dan penyuapan birokrasi. Ia lalu memberikan data penelitian LPEM-FEUI yang menemukan angka penyuapan birokrasi oleh pelaku ekonomi yang membenani pembiayaan (extra cost) di luar jawa mencapai 1 persen lebih dari total biaya produksi. Sementara biaya penyuapan di Jawa mencapai angka melebihi 9,5 persen. Dengan demikian Chatib juga menyatakan tidak setuju jika jalan keluar dari persoalan yang ditempuh adalah dengan minta pergantian kepemimpinan politik saat ini. Meskipun pemerintahan Megawati harus diakui buruk, katanya, tetapi ongkos jauh lebih besar dibutuhkan jika ia harus diturunkan sekarang. Jadi, Lebih baik tungu di 2004. Jangan lagi pilih Megawati, anjurnya. Hal yang sama dikatakan oleh Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia M. Luthfi. Menurutnya pemerintahan Megawati sangat tidak memiliki keberpihakan pada rakyat. Adalah laknat, kalau anda pilih lagi pemerintahan yang sama tahun depan, tegasnya. Y. Tomi Aryanto Tempo News Room

Berita terkait

Polisi Duga Suami Mutilasi Istri di Ciamis Karena Depresi Masalah Ekonomi

4 menit lalu

Polisi Duga Suami Mutilasi Istri di Ciamis Karena Depresi Masalah Ekonomi

Polres Ciamis Jawa Barat, belum dapat memastikan motif pembunuhan dan mutilasi oleh suami ke istri di Dusun Sindangjaya.

Baca Selengkapnya

Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

7 menit lalu

Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

Dividen sebesar Rp 178,50 per lembar saham tersebut akan diberikan pada 17 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

9 menit lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

9 menit lalu

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

Saat tubuh terpapar suhu ataupun hawa panas, respons alami tubuh adalah dengan memproduksi keringat untuk mendinginkan diri.

Baca Selengkapnya

DPR Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu 2024 pada 15 Mei, KPU Siapkan Ini

14 menit lalu

DPR Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu 2024 pada 15 Mei, KPU Siapkan Ini

Komisi II DPR juga akan mengonfirmasi isu yang menerpa Ketua KPU Hasyim Asy'ari.

Baca Selengkapnya

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

25 menit lalu

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

Sebelumnya viral sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah di Universitas Diponegoro atau Undip yang diduga melakukan penyalahgunaan bantuan.

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Whoosh Buka 48 Perjalanan per Hari, Tarif Mulai 150 Ribu

29 menit lalu

Kereta Cepat Whoosh Buka 48 Perjalanan per Hari, Tarif Mulai 150 Ribu

Beroperasinya 48 perjalanan harian Whoosh didasarkan pada hasil evaluasi periode sebelumnya yang menunjukan kebutuhan penambahan perjalanan reguler.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

31 menit lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

41 menit lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

48 menit lalu

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

Aparat gabungan TNI-Polri kembali memburu kelompok TPNPB-OPM setelah mereka menembak warga sipil dan membakar SD Inpres di Intan Jaya Papua.

Baca Selengkapnya