TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Pusat Statistik mengumumkan terjadi deflasi 0,14 persen pada Maret lalu. "Deflasi terjadi karena penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 0,91 persen," ujar Kepala BPS Rusman Hariawan di Jakarta, Kamis (1/4).
Bahan makanan menyumbangkan 0,24 persen pada deflasi. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memiliki andil inflasi 0,05 persen. Sektor perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar berperan 0,03 persen.
Adapun sektor kesehatan, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan justru mengalami inflasi 0,1 persen. Kelompok sandang, pendidikan, rekreasi dan olahraga stabil tanpa inflasi maupun deflasi.
Komoditas yang memberi sumbangan dominan dalam deflasi adalah beras dan cabe merah, masing masing 0,16 persen. "Hal ini dipengaruhi oleh panen raya yang sedang berlangsung," ujar Rusman. Ikan segar menyumbang deflasi 0,05 persen, dan cabe rawit 0.02 persen.
Berdasarkan pantauan BPS pada 66 kota di Indonesia, 47 kota mengalami deflasi, dan 19 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi mencapai 0,99 persen di Sibolga, Sumatera Utara. Adapun inflasi tertinggi sebesar 1,70 persen terjadi di Singkawang, Kalimantan Barat.
Akibat deflasi, inflasi tahun kalender 2010 mencapai 0,99 persen. Sedangkan inflasi tahunan Maret 2010 terhadap Maret 2009 sebesar 3,43 persen.
Sebelumnya, A Tony Prasetiantono, kepala ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk, mengatakan peluang terjadinya inflasi dan deflasi cukup berimbang pada bulan lalu . "Tapi saya duga angkanya kecil. Jika inflasi paling 0,1 persen, sebaliknya jika deflasi juga paling -0,1," katanya.
Menurut dia, penurunan harga makanan, pasokan yg terjamin, dan kurs rupiah yang stabil dan cenderung menguat, merupakan faktor-faktor yg menjaga stabilitas harga, atau inflasi rendah. "Saya cenderung perkirakan inflasi 0- 0,1 persen, meski tak menutup kemungkinan terjadinya deflasi kecil, minus 0,1 persen," ujar Tony.
Adapun menurut perhitungan Bank Indonesia inflasi Maret akan rendah, yaitu dari 0,07 persen (month to month), 1,21 persen (year to date), dan 3,65 persen (year on year). "Sudah memperhitungkan deflasi harga beras 0,02 persen dan sumbangan inflasi lain. Tekanan inflasi belum signifikan hingga semester 1 2010." ujar Perry Warjiyo, Direktur Direktorat Pengendalian Moneter dan Pengelolaan Devisa beberapa waktu lalu.
Perhitungan inflasi tersebut dilakukan oleh Bank Indonesia melalui survei harga mingguan. Survei ini bertujuan mendeteksi kecenderungan inflasi pada minggu atau bulan tertentu. Survei dilakukan di 14 kota pada 40 komoditas atau sebesar 67 persen dari inflasi yang dipantau oleh Biro Pusat Statistik.
Pada Februari 2010 terjadi inflasi 0,30 persen. Inflasi terjadi karena kenaikan harga pada kelompok bahan makanan 0,86 persen, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,40 persen. Adapun laju inflasi tahun kalender (Januari-Februari) mencapai 1,14 persen dan laju inflasi year on year (Februari 2010 terhadap Februari 2009) sebesar 3,81 persen.
FAMEGA SYAVIRA | BOBBY CHANDRA