TEMPO Interaktif, Jakarta - Produksi tambang Batu Hijau milik PT Newmont Nusa Tenggara diperkirakan akan turun tujuh persen dalam lima tahun ke depan. "Penurunannya per tahun sekitar 1,5-2 persen," ujar Direktur Jenderal Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi Bambang Setiawan hari ini (14/10) di Jakarta.
Ia mengatakan penurunan itu terjadi karena tambang Batu Hijau mengalami longsor pada 19 September dan harus ditutup sementara. "Saat ini mereka produksinya dari stockpile (cadangan)," katanya.
Untuk beroperasi kembali, Newmont harus mendesain kembali lokasi tambangnya. Hal itu membutuhkan persetujuan analisis dampak lingkungan dari Departemen Kehutanan.
Newmont telah memberikan laporan soal kejadian longsor tersebut kepada Inspektur Tambang pada 10 Oktober lalu.
Ditemui secara terpisah, Juru bicara Newmont Ruby Purnomo mengakui soal penurunan produksi itu. "Produksi kami dalam lima tahun ke depan turun tujuh persen," katanya.
Ia mengaku lupa berapa nilai penurunan tersebut. Ia hanya mengatakan setiap tahun produksi di tambang Batu Hijau sekitar 500 ribu pon tembaga dan 525 kilo ons emas.
SORTA TOBING
Ia mengatakan penurunan itu terjadi karena tambang Batu Hijau mengalami longsor pada 19 September dan harus ditutup sementara. "Saat ini mereka produksinya dari stockpile (cadangan)," katanya.
Untuk beroperasi kembali, Newmont harus mendesain kembali lokasi tambangnya. Hal itu membutuhkan persetujuan analisis dampak lingkungan dari Departemen Kehutanan.
Newmont telah memberikan laporan soal kejadian longsor tersebut kepada Inspektur Tambang pada 10 Oktober lalu.
Ditemui secara terpisah, Juru bicara Newmont Ruby Purnomo mengakui soal penurunan produksi itu. "Produksi kami dalam lima tahun ke depan turun tujuh persen," katanya.
Ia mengaku lupa berapa nilai penurunan tersebut. Ia hanya mengatakan setiap tahun produksi di tambang Batu Hijau sekitar 500 ribu pon tembaga dan 525 kilo ons emas.
SORTA TOBING
