Bahan Bakar Kayu Cair Hemat 60 Persen Investasi Energi
Kamis, 8 Oktober 2009 15:09 WIB
Biomethanol, kata Nanang, adalah bahan bakar energi berbahan dasar kayu. Berbeda dengan bioethanol yang berbahan dasar tanaman pangan, menurutnya biomethanol lebih ramah lingkungan dan tidak akan mengancam ketersediaan bahan pokok. "Biomethanol juga lebih terbarukan dan lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil dan tidak menghasilkan emisi," katanya.
Sesuai dengan rencana energi nasional dari departemen energi dan sumber daya manusia, ia melanjutkan, jika bahan bakar biomethanol digunakan sebagai subtitusi energi nasional dengan porsi 10 persen dari energi fosil, maka dibutuhkan sekitar 1,4 hektar hutan kayu.
"Setiap satu meter kubik lahan akan menghasilkan setengah ton kayu kering. Jumlah ini akan menghasilkan seperempat ton atau lebih dari 250 liter bahan bakar biomethanol," kata Nanang.
Pada prakteknya perpaduan 85 persen bahan bakar biomethanol, digabungkan dengan 15 persen bahan bakar fosil pada kendaraan, kata Nanang, akan mengurangi emisi gas buang sampai 50 persen.
Sayangnya, Indonesia belum memiliki teknologi ini. "Yang punya lisensi teknologinya Amerika. Tapi saat ini sudah ada investor yang tertarik," ujarnya.
Investor di luar negeri banyak yang tertarik dengan biomethanol karena untuk produksinya bisa menggunakan kayu jenis apa saja serta umur pematangan kayu di Indonesia yang lebih pendek. "Kayu apa saja yang punya nilai kalor tinggi di atas 4500 per ton," ujar Nanang.
KARTIKA CANDRA